Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) : Salah Satu Model Pembangunan Ketahanan Pangan
Kendatipun sudah berkurang sehingga tinggal menjadi satu digit, jumlah penduduk miskin di Indonesia dapat dikatakan relatip masih tinggi. Menurut data BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2019 adalah sebesar 25,14 juta orang atau 9,41 persen dari total jumlah penduduk Indonesia, lebih rendah 0,53 juta orang jika dibandingkan dengan jumlah penduduk perkapita yg berpendapatan di bawah garis kemiskinan pada tahun 2018.
Salah satu dampak dari kemiskinan adalah fenomena keterbatasan kemampuan melakukan akses pangan yg dapat menimbulkan kondisi rawan pangan, baik ditingkat individu, rumah tangga maupun masyarakat. Kejadian-kejadian seperti bencana alam gempa bumi, kebanjiran dan tanah longsor dapat mengakibatkan meningkatnya masyarakat yg mengalami rawan pangan. Kondisi rawan pangan di tingkat rumah tangga secara umum dapat dilihat dari konversi besaran konsumsi kalori dibawah angka 1400 Kkalori/kapita/hari dari batasan Angka Kecukupan Gizi (AKG) sebesar 2000 Kkalori/kapita/hari. Potret daerah-daerah rawan pangan di seluruh wilayah Indonesia telah dipetakan dengan menggunakan penandaan warna hijau, kuning dan merah sehingga memudahkan dalam mengiplementasikan kebijakan dan program penanganan baik yg dilakukan oleh Pusat maupun Daerah.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian RI, selama ini sudah menumbuhkan berbagai model pembangunan ketahanan pangan untuk mengatisipasi terjadinya kejadian rawan pangan, semisal model desa mandiri pangan (DEMAPAN) dan saat ini adalah penumbuhan dan pengembangan model Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) serta Kawasan Mandiri Pangan (KMP). Penumbuhan dan pengembangan KRPL dimaksudkan selain untuk meningkatkan pendapatan juga diarahkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat baik protein, vitamin dan mineral agar sesuai dengan kaidah-kaidah konsumsi pangan yg Beragam, Bergizi Seimbang, Aman (B2SA) dan HALAL. Penumbuhan model KRPL bisa dilakukan dengan menggerakan keberadaan kelompok wanita tani di perdesaan dan perkotaan dengan pendampingan/pengawalan petugas teknis setempat sehingga bisa di replikasi dimasing-masing rumah tangga. Dalam percontohan model KRPL secara terintegrasi dapat di budidayakan beraneka jenis tanaman, ternak dan ikan sebagai sumber protein nabati dan hewani serta vitamin dan mineral. Dengan mengkonsumsi bahan pangan yg sesuai prinsip-prinsip B2SA dan HALAL, diharapkan akan dapat diwujudkan masyarakat Indonesia yg sehat dan cerdas.
Selain model-model pembangunan ketahanan pangan tersebut, pada daerah-daerah sentra produksi pangan selama ini juga telah ditumbuhkan model Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM). Model LDPM ditumbuhkembangkan dengan maksud untuk menjaga stabilisasi harga pangan melalui penguatan penyediaan, distribusi dan akses bahan pangan. Fasilitasi peran LDPM dalam pengadaan gabah petani dilakukan berkolaborasi menggunakan dana APBN dan APBD sehingga dapat memperluas jangkauan pembelian gabah milik petani sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) oleh kelembagaan petani (KELOMPTAN/GAPOKTAN) pengelola LDPM. Dalam perjalanannya, keberadaan LDPM selanjutnya diarahkan untuk dikoneksikan dengan peran WARUNG TANI.
Melengkapi model-model pembangunan ketahanan pangan di atas, secara khusus Provinsi DIY dengan dana APBD terutama pada daerah-daerah non sentra produksi pangan utana telah dikembangkan model Lembaga Akses Pangan Masyarakat (LAPM) yg hanya ada dan satu-satunya di Indonesia. Pada tahap awal LAPM yg terdapat di setiap desa difasilitasi dana APBD sekitar sebesar sertus lima puluh juta rupiah yg digunakan untuk mengurangi disparitas harga-harga pangan di setiap desa sehingga masyarakat dapat mengakses bahan pangan dengan harga yg terjangkau. Konsepsi LAPM sesungguhnya bisa dikolaborasikan dan disinergikan dengan program-program dari BULOG dan Kemendes PDTT RI seperti Rumah Pangan Kita (RPK)-BUMDES yg memiliki tujuan yg sama yakni menjaga stabilisasi harga dan penguatan akses pangan masyarakat.
KASONGAN, BANTUL, 7 Januari 2020.
KADEMEN, alhamdulillah ditengah ngrekicek hujan pagi hari.
Asikin CHALIFAH.