Transformasi Pertanian 75th HUT RI
TRANFORMASI PERTANIAN
Dirgahayu Kemerdekaan RI Ke-75
Berbagai model pembangunan pertanian hingga kini telah banyak digulirkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pertanian RI. Sebut saja model Agropolitan, Corporate Farming, Food Estate dan model yg beberapa tahun belakangan ini mulai digiatkan kembali oleh Kementerian Pertanian RI yakni pengembangan kawasan berbasis komoditas pertanian andalan dan atau unggulan. Secara umum pengembangan berbagai model pembangunan pertanian pada hakekatnya diarahkan untuk mewujudkan peningkatan produktivitas dan produksi hasil pertanian melalui pendekatan pembentukan skala usaha yg lebih menguntungkan, penyatuan tata kelola lahan dan kelembagaan petani (Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani), dukungan rakitan teknologi budidaya dan lepas panen serta penyediaan sarana produksi dan prasarana pertanian. Sudah barang tentu setting goal dari semua pengembangan model-model pembangunan pertanian adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, salah satu indikator untuk menentukan tingkat kesejahteraan petani adalah dengan mengetahui hasil perhitungan Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)-nya. Dengan NTP dan terutama NTUP lebih dari 100 maka dapat dikatakan bahwa petani relatif sudah sejahtera, demikian pula apabila nilainya adalah sebaliknya.
Sejalan dengan kemajuan teknologi dibidang industri terutama dengan hadirnya revolusi industri 4.0, industri dibidang pertanian dari HULU hingga HILIR harus bisa mentransformasi diri agar usaha-usaha dibidang pertanian senantiasa berbasis pada kemajuan teknologi sehingga bisa lebih berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektip). Kehadiran revolusi industri 4.0 yg mengandalkan pada keleluasaan penggunaan jaringan Internet of Think (IoT) dan Internet of Services (IoS) serta pengolahan data terstruktur dan tidak terstruktur dengan menggunakan platform BIGDATA, saat ini nampaknya sudah mulai diterapkan dalam pengembangan model-model pembangunan pertanian di berbagai daerah di Indonesia dalam suatu ekosistem pertanian yg berbasis teknologi. Saat ini telah muncul dan mulai meluas penerapan konsepsi ekosistem pertanian presisi atau ekosistem pertanian pintar (smart farming) 4.0 melalui pendekatan pengembangan luasan lahan pertanian dalam bentuk klasterisasi, pengorganisasian petani untuk melakukan budi daya/bercocok tanam sesuai dengan kaidah-kaidah Good Agricultural Practices (GAP), dukungan teknologi dan fasilitasi sarana produksi pertanian, kemudahan akses modal usaha tani dari lembaga perbankan, adanya tenaga teknis untuk melakukan pendampingan/pengawalan terhadap petani, keberadaan kelembagaan penjaminan keberlangsungan program di Pusat dan Daerah serta off taker maupun marketplace yg menyerap hasil-hasil pertanian. Dengan menggunakan aplikasi atau platform tertentu, pada kawasan lahan pertanian dipasang satu atau lebih sensor yg dapat merekam dan mengirimkan data/informasi secara real time tentang kondisi cuaca, lahan dan air tanah serta informasi-informasi lainya melalui gadget android sehingga dengan mudah dapat dimanfaatkan oleh petani dalam melakukan kegiatan-kegiatan usaha tani seperti pemupukan dan pemberian air irigasi untuk pertumbuhan tanaman dengan lebih akurat. Instrumen lain dalam ekosiatem pertanian presisi 4.0 adalah penggunaan pesawat tanpa awak/nirawak (drone) multifungsi baik untuk kepentingan pemetaan lahan maupun untuk kegiatan pemberian pupuk cair serta penyemprotan hama dan penyakit pada tanaman.
Dengan penggunaan aplikasi atau platform tertentu serta dukungan penyediaan sensor dan drone, usaha pertanian dalam suatu kawasan yg telah ditetapkan tidak saja menjadi lebih berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif), akan tetapi seperti diinformasikan oleh salah seorang pelaku pertanian ternyata dapat menghemat dalam penggunaan pupuk hingga separuhnya dan peningkatan produktivitas diperkirakan mencapai sekitar 30 persen. Selama ini sudah mahfum bahwa petani sangat boros dalam penggunaan pupuk anorganik dan pestisida. Dengan demikian model pendekatan ekosistem pertanian presisi atau ekosistem pertanian pintar (smart farming) 4.0 kiranya perlu dikembangkan atau di replikasi ke berbagai daerah di Indonesia dalam rangka menjaga ketersediaan pangan nasional melalui upaya peningkatan produksi bahan pangan dalam negeri.
KASONGAN, Bantul 22 Agustus 2020
Asikin CHALIFAH
▪︎ Rumah Literasi (RULIT) WASKITA, Kedung Tukang, Jatibarang, BREBES.
▪︎ Ketua DPW Perhimpunan Penyuluh Pertanian (PERHIPTANI) DIY.
▪︎ Sekjen DPP Komite Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Indonesia Bersatu (KOPITU).
▪︎ Anggota TIM TEKNIS Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan Daerah (OKKPD) DIY.